Jumat, 12 Oktober 2012

LALU LINTAS BERBICARA



Sebuah pengamatan dilakukan di pesimpangan Ring Road Utara pada tanggal 11 Oktober 2012. Fokus pengamatan adalah fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar persimpangan pada pagi hari. Pengamatan dilakukan pukul 06:25 WIB, dengan durasi pengamatan kurang lebih tiga puluh menit.
Secara umum, pemandangan yang ada hanyalah keadaan lalu lintas yang padat, namun apabila diperhatikan baik-baik, fenomena yang ada di sekitar persimpangan jalan lingkar utara ini cukup menarik. Tahukah bahwa lalu lintas itu berbicara?
Ada beberapa hal yang diamati pada pengamatan ini.
Pertama, wajah para pengemudi yang rata-rata hampir sama ekspresinya, yaitu panik karena tergesa-gesa, marah, mengantuk, atau bahkan tanpa ekspresi sama sekali ketika melamun menunggu lampu apil berganti hijau. Hal yang menarik untuk diamati adalah ketika para pengemudi tersebut saling ‘memperebutkan’ tempat terdepan di pemberhentian lampu merah. Beberapa pengemudi motor mendahului kendaraan lain yang sudah berhenti. Mereka melalui sisi kiri jalan dan berhenti di barisan terdepan, tanpa menghiraukan bahwa posisinya menutupi bagian kiri ruas jalan yang diperuntukkan bagi para pengendara yang akan berbelok kiri. Pada situasi semacam ini, papan pengatur lalu lintas berwarna biru bertuliskan “BELOK KIRI JALAN TERUS” dapat dikatakan tidak laku karena tidak memperoleh perhatian dan tanggapan riil dari para pengemudi. Fungsinya sebagai pengatur lalu lintas menjadi tidak effektif. Akibatnya, beberapa saat kemudian klakson motor dan mobil saling bersautan.
Terlihat bahwa mayoritas dari para pengemudi berada dalam situasi yang tergesa-gesa. Entah terburu-buru karena telat berangkat ke sekolah, tergesa-gesa menuju tempat kerja, atau mungkin menuju bandara untuk mengejar jadwal penerbangan pagi. Namun lucunya, sebagai sesama pengguna jalan yang sedang berada dalam situasi yang juga sama, mereka kurang peka terhadap kepentingan pengendara lainnnya. Etika berlalu-lintas yang ada tampaknya kurang menjelma dalam kesadaran pengemudi sehingga pada praktik nyatanya masih sering terjadi  pelanggaran hak dalam berlalu lintas. Dua polisi tampak berdiri mengawasi lalu lintas dari divider jalan. Lalu lintas sangat padat dan banyak pengemudi yang berkendara tanpa etika, namun tampaknya keadaan ini masih tergolong ‘baik-baik saja’ sehingga tidak ada campur tangan dari kedua polisi tersebut.
Kedua, seorang wanita pengemis yang terlihat duduk di tengah divider jalan. Pengemis tersebut adalah seorang ibu-ibu tua berbadan gemuk.  Ia mengenakan sebuah kebaya khas jawa jaman dulu yang berwarna oranye-salm sebagai atasan dengan jarik batik berwarna cokelat-bata sebagai rok. Sekilas mengingatkan pada pakaian Ibu Kartini dalam foto dan lukisan yang pada sering dipajang dalam ruang kelas sekolah-sekolah dasar dan menengah. Ibu ini sudah sering terlihat di persimpangan Ring Road Utara, terutama pada malam hari. Suatu hal yang khas dari pengemis ini adalah senyumnya, Ia tidak sekedar mengucapkan ‘matur nuwun’ tetapi juga memberi senyuman tulus pada setiap orang yang memberinya uang.
Ketiga, para loper koran yang berjualan di pinggir jalan. Sama halnya dengan ibu-ibu pengemis tadi, para loper koran terlihat banyak berdiri dan berjalan di pinggir jalan. Keadaan jalan yang sangat padat oleh kendaraan bermotor menyebabkan mereka tidak bisa turun ke jalan karena tidak ada celah yang cukup luas untuk berjalan di antara kendaraan. Tampaknya karena hal itulah para loper koran menawarkan dan mempromosikan dagangannya hanya dari divider dan trotoir saja. Meskipun sesekali mereka menghampiri pengemudi yang memanggilnya untuk membeli surat kabar.
            Pengamatan diakhiri pada pukul 06:55 WIB. Pada saat pengamatan diakhiri, keadaan jalan masih padat, bahkan lebih padat dari sebelumnya. Ibu-ibu pengemis tampak sedang turun di jalan dan meminta-minta uang kepada para pengemudi. Sedangkan seorang loper koran berdiri di trotoir sembari menunggu lampu apill berganti merah.
Banyak fenomena di jalan yang ‘mengkomunikasikan’ pesan mengenai keadaan masyarakat. Mungkin bahkan berteriak meminta perhatian. Ketika duduk di dalam mobil ber-AC dengan jendela tertutup rapat  atau mengemudikan motor dengan helm menutupi telinga, hal-hal kecil yang ada di sekitar mungkin tidak akan disadari dan terlewatkan bergitu saja.
Namun sebenarnya, lalu lintas sungguh sedang berbicara tentang realita kehidupan yang sedang berlangsung. Tidak hanya kehidupan di jalan atau di satu perempatan saja, tetapi juga tentang kehidupan manusia secara umum. Jalan merupakan tempat dimana masyarakat yang tidak saling kenal saling bertemu dan secara tidak langsung menjadi harus ‘berinteraksi’ sebagai sesama pengguna jalan. Dengan demikian interaksi yang terjadi disini merupakan interaksi yang spontan. Para pengguna jalan tidak pernah merencanakan untuk memakai jalan A dan nantinya bertemu orang X di jalan itu. Karenanya, lalu lintas dalam hal ini dikatakan sebagai cerminan dari cara masyarakat berinteraksi secara natural dalam kehidupan sosialnya.
Pengendara yang kurang peka terhadap kepentingan sesama pengguna jalan, jalan raya yang penuh dengan kendaraan sehingga pengemis dan loper koran terhambat untuk mencari nafkah, dan petugas keamanan yang diam saja ketika etika tidak dipatuhi. Itu semua dikomunikasikan oleh keadaan lalu lintas, dan itu semua adalah cerminan sederhana dari apa yang sedang terjadi saat ini. Masyarakat yang memakan hak sesamanya, kompetisi ekonomi yang semakin berat dan menjadikan rakyat kecil semakin terdesak, dan hukum yang tampaknya masih lemah di dalam kesadaran masyarakat.
Itulah keadaan yang masih terjadi dalam masyarakat. Orientasi terhadap perubahan harus didukung oleh kemauan untuk bertindak menuju pada arah perbaikan. Perbaikan tidak hanya harus dilakukan pada hal-hal secara makro saja, namun justru harus dimulai dari hal-hal terkecil yang ada di sekitar masyarakat. Salah satunya, tata-cara dan sopan-santun berlalu lintas, sebagai bentuk sikap peduli dan respect terhadap kepentingan bersama dalam tatanan kehidupan. #bridgingcourse08

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar