Sabtu, 20 Oktober 2012

BELAJAR DENGAN TWITTER



Twitter, sebuah layanan sosial media yang sejak Maret 2006 mengguncang masyarakat. Popularitas layanan sosial media ini kian memuncak dengan penggunanya yang telah mencapai ribuan bahkan ratusan ribu. Berbeda dengan facebook yang dilengkapi oleh berbagai macam fitur, Evan Williams menciptakan Twitter dengan sangat sederhana. Evan memang sengaja tidak melengkapi lamannya dengan fitur photo sharing, chatting, pesan teks, video, dan sebagainya.
            Dibalik kesederhanaannya, Twitter mempersilahkan para ekshibisionis, para pengobral kata-kata, kaum ekspresionis untuk memanfaatkan layanannya. Bahkan para selebritas, pebisnis, politisi, dan siapa saja dapat dengan mudah meng-update kegiatan terbaru mereka. Keuntungannya, pengguna selalu terkoneksi dengan pengguna lain setiap saat, tidak hanya bagi pengguna computer, tetapi juga pengguna ponsel (telepon seluler).[1]
Meskipun kehadiran Twitter membawa kemudahan, sambutan masyarakat terhadap layanan sosial media ini ternyata berbeda-beda. Tidak semua orang melihat Twitter sebagai hal baru yang positif dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagian masyarakat bahkan merasa bahwa jejaring sosial cenderung berdampak negatif.
Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah dampak negatif Twitter terhadap dunia remaja, khususnya pelajar dan mahasiswa. Anak muda terlihat semakin tinggi ketergantunganya terhadap media dan jejaring sosial. Ketergantungan ini kemudian dikaitkan dengan degradasi nilai-nilai etika, sopan-santun, dan moral yang terjadi di kalangan anak muda, serta meningkatnya individualitas dan ketidakpekaan anak muda terhadap lingkungan sosial.
“Face to face communication among children and teenagers is being squashed out by social networks. A phone call isn’t used to get in touch with someone anymore, Facebook and Twitter are the main tools of communication. The consequences of this are social awkwardness and even social anxiety when confronted with new people to meet in person.”[2]
Komunikasi melalui tatap muka menjadi berkurang dengan adanya jejaring sosial. Darisinilah terbentuk pemikiran bahwa jejaring sosial dapat mengancam moralitas dan kepekaan sosial anak muda.
            Meskipun demikian, perlu diingat bahwa fenomena meningkatnya ketidakpekaan anak muda terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan tidak dapat dikaitkan hanya oleh perkembangan sosial media saja. Banyak faktor lain yang lebih berpengaruh dan berkaitan langsung dengan fenomena ini.  Sebaliknya, interaksi yang terjadi antara anak muda dengan dunia sosial media pun tidak selalu negatif.
Apabila melihat hubungan antara keduanya melalui sudut pandang yang berbeda, dapat dikatakan bahwa posisi sosial media sebenarnya justru berdekatan dengan dunia pendidikan. Pendidikan merupakan wadah untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan. Pada titik inilah media besinggungan dengan dunia pendidikan, yaitu sebagai media/saluran yang mendukung dan menjamin kelancaran arus informasi dan ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan hal di atas, ada banyak keuntungan yang sebenarnya dapat diperoleh dari akun Twitter. Dengan fasilitas yang ada, para pengguna dapat menyebarkan pengumuman, mengakses berita-berita terkini, mencari link atau channel, melakukan pengembangan bisnis, melakukan kampanye politik, dan bahkan mengakses berita dan informasi trans nasional. Tidak kalah fungsinya bagi pendidikan, melalui akun Twitter pelajar atau mahasiswa dapat berbagi informasi, ilmu pengetahuan, melakukan pembagian tugas, mengumumkan suatu penugasan, berbagi url. website yang bermanfaat, dan lain-lain.
Contoh nyata dari pemanfaatan Twitter bagi dunia pendidikan adalah guru-guru sekolah dasar di Perancis yang memanfaatkan Twitter dalam proses belajar-mengajar. Mereka memanfaatkan Twitter untuk mengembangkan dan mengasah kemampuan anak dalam membaca, menulis dan berbicara.
“Every morning, one or two pupils are in charge of posting the first tweet of the day. However, before posting it, he or she needs to write the sentence in his or her exercise book, get it corrected, type it on a shared digital document and copy and paste it in the software managing Twitter. The short message then appears on the smartboard on the classroom wall, along with messages from followers of the class. When a new tweet addressed to them appears, the whole class can get over-excited.” [3]
            Dalam pelaksanaannya, murid-murid juga diberi pemahaman agar berhati-hati ketika menggunakan Twitter. Setiap kelas bahkan menciptakan kode etik sendiri untuk kegiatan ini. Murid harus bersikap baik dan sopan ketika ‘bergulir’ di dunia maya dan tidak diperkenankan untuk membagi alamat rumah, password, atau informasi lain yang berkaitan dengan kehidupan pribadi.
Contoh di atas merupakan bukti bahwa jejaring sosial Twitter sebenarnya juga bermanfaat di dalam dunia pendidikan. Twitter dan juga jejaring sosial lainnya sebenarnya dapat disejajarkan manfaatnya dengan perkembangan dunia pendidikan. Misalnya, jejaring sosial dapat membantu mendekatkan peserta didik pada wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan mendunia.
Disamping itu masih banyak fungsi dan manfaat lain yang dapat diperoleh namun belum digali secara maksimal. Untuk menghindari dampak negatifnya, yang perlu dilakukan adalah  memaksimalkan fungsi jejaring sosial untuk memperoleh manfaat bagi kebutuhan pendidikan. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan mengenai jejaring sosial itu sendiri kepada peserta didik, agar penggunaan jejaring sosial dapat diarahkan sesuai dengan fungsinya. #bridgingcourse09



[1] Tony Hendroyono, Powering Your Micro Blogs, PT Mizan Publika, Jakarta Selatan, 2010, Hlm. 4.
[2] Andrea Earnest, “Negative Effects of Social Networks”, https://sites.google.com/site/socialnetworkpaper/the-negative-effects-of-social-networks, 2011.



Daftar Pustaka

·    Bungin, Burhan. Prof.,Dr.. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.

·  Dunn, Jeff. 2012. 100 Ways to use Twitter in Education, by Degree of Difficulty. http://edudemic.com/2012/04/100-ways-to-use-twitter-in-education-by-degree-of-difficulty/. 12 Oktober 2012.

· Earnest, Andrea. 2011. The Negative Effects of Social Networks. https://sites.google.com/site/socialnetworkpaper/the-negative-effects-of-social-networks. 14 Oktober 2012.

·                    ·     Hendroyono, Tony, 2010, Powering Your Micro Blogs, Jakarta : Hikmah.

·      Le Monde. 2011. French Teachers Use Twitter to Teach Elementary School Students to Write. http://worldcrunch.com/french-teachers-use-twitter-teach-elementary-school-students-write/culture-society/french-teachers-use-twitter-to-teach-elementary-school-students-to-write/c3s3713/#.UHf7jW9th2E. 12 Oktober 2012.

·     Karya Ilmiah Remaja Seminari Garum. 2012. Dampak Modernitas bagi Moral dan Sosial Indonesia. http://kir-segar.blogspot.com/2012/01/dampak-modernitas-bagi-moral-dan-sosial.html. 14 Oktober 2012.

·         
      ·     Listiyono, Eko. 2012. Pengaruh Jejaring Sosial bagi Dunia Remaja.  http://bencerdas.web.id/2012/03/16/pengaruh-jejaring-sosial-bagi-dunia-remaja/. 12 Oktober 2012
·         
     ·    Miller, Samantha. 2012. 50 Ways to Use Twitter in the Classroom. http://www.teachhub.com/50- ways-use-twitter-classroom. 13 Oktober 2012.

·  Parrack, Dave. 2012. The Negative Impact of Social Networking Sites on Society. http://www.makeuseof.com/tag/negative-impact-social-networking-sites-society-opinion/. 12 Oktober 2012.

· Teodora, Lince. 2012. Pengaruh Jejaring Sosial terhadap Remaja. http://www.analisadaily.com/news/read/2012/09/01/71571/pengaruh_jejaring_sosial_terhadap_remaja/#.UHpOkm9th2E. 14 Oktober 2012.

· Wyman, Pat2011. Teachers Use Twitter To Build A Learning Network. http://www.howtolearn.com/2011/11/teachers-use-twitter-to-build-a-learning-network. 12 Oktober 2012.





Jumat, 12 Oktober 2012

LALU LINTAS BERBICARA



Sebuah pengamatan dilakukan di pesimpangan Ring Road Utara pada tanggal 11 Oktober 2012. Fokus pengamatan adalah fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar persimpangan pada pagi hari. Pengamatan dilakukan pukul 06:25 WIB, dengan durasi pengamatan kurang lebih tiga puluh menit.
Secara umum, pemandangan yang ada hanyalah keadaan lalu lintas yang padat, namun apabila diperhatikan baik-baik, fenomena yang ada di sekitar persimpangan jalan lingkar utara ini cukup menarik. Tahukah bahwa lalu lintas itu berbicara?
Ada beberapa hal yang diamati pada pengamatan ini.
Pertama, wajah para pengemudi yang rata-rata hampir sama ekspresinya, yaitu panik karena tergesa-gesa, marah, mengantuk, atau bahkan tanpa ekspresi sama sekali ketika melamun menunggu lampu apil berganti hijau. Hal yang menarik untuk diamati adalah ketika para pengemudi tersebut saling ‘memperebutkan’ tempat terdepan di pemberhentian lampu merah. Beberapa pengemudi motor mendahului kendaraan lain yang sudah berhenti. Mereka melalui sisi kiri jalan dan berhenti di barisan terdepan, tanpa menghiraukan bahwa posisinya menutupi bagian kiri ruas jalan yang diperuntukkan bagi para pengendara yang akan berbelok kiri. Pada situasi semacam ini, papan pengatur lalu lintas berwarna biru bertuliskan “BELOK KIRI JALAN TERUS” dapat dikatakan tidak laku karena tidak memperoleh perhatian dan tanggapan riil dari para pengemudi. Fungsinya sebagai pengatur lalu lintas menjadi tidak effektif. Akibatnya, beberapa saat kemudian klakson motor dan mobil saling bersautan.
Terlihat bahwa mayoritas dari para pengemudi berada dalam situasi yang tergesa-gesa. Entah terburu-buru karena telat berangkat ke sekolah, tergesa-gesa menuju tempat kerja, atau mungkin menuju bandara untuk mengejar jadwal penerbangan pagi. Namun lucunya, sebagai sesama pengguna jalan yang sedang berada dalam situasi yang juga sama, mereka kurang peka terhadap kepentingan pengendara lainnnya. Etika berlalu-lintas yang ada tampaknya kurang menjelma dalam kesadaran pengemudi sehingga pada praktik nyatanya masih sering terjadi  pelanggaran hak dalam berlalu lintas. Dua polisi tampak berdiri mengawasi lalu lintas dari divider jalan. Lalu lintas sangat padat dan banyak pengemudi yang berkendara tanpa etika, namun tampaknya keadaan ini masih tergolong ‘baik-baik saja’ sehingga tidak ada campur tangan dari kedua polisi tersebut.
Kedua, seorang wanita pengemis yang terlihat duduk di tengah divider jalan. Pengemis tersebut adalah seorang ibu-ibu tua berbadan gemuk.  Ia mengenakan sebuah kebaya khas jawa jaman dulu yang berwarna oranye-salm sebagai atasan dengan jarik batik berwarna cokelat-bata sebagai rok. Sekilas mengingatkan pada pakaian Ibu Kartini dalam foto dan lukisan yang pada sering dipajang dalam ruang kelas sekolah-sekolah dasar dan menengah. Ibu ini sudah sering terlihat di persimpangan Ring Road Utara, terutama pada malam hari. Suatu hal yang khas dari pengemis ini adalah senyumnya, Ia tidak sekedar mengucapkan ‘matur nuwun’ tetapi juga memberi senyuman tulus pada setiap orang yang memberinya uang.
Ketiga, para loper koran yang berjualan di pinggir jalan. Sama halnya dengan ibu-ibu pengemis tadi, para loper koran terlihat banyak berdiri dan berjalan di pinggir jalan. Keadaan jalan yang sangat padat oleh kendaraan bermotor menyebabkan mereka tidak bisa turun ke jalan karena tidak ada celah yang cukup luas untuk berjalan di antara kendaraan. Tampaknya karena hal itulah para loper koran menawarkan dan mempromosikan dagangannya hanya dari divider dan trotoir saja. Meskipun sesekali mereka menghampiri pengemudi yang memanggilnya untuk membeli surat kabar.
            Pengamatan diakhiri pada pukul 06:55 WIB. Pada saat pengamatan diakhiri, keadaan jalan masih padat, bahkan lebih padat dari sebelumnya. Ibu-ibu pengemis tampak sedang turun di jalan dan meminta-minta uang kepada para pengemudi. Sedangkan seorang loper koran berdiri di trotoir sembari menunggu lampu apill berganti merah.
Banyak fenomena di jalan yang ‘mengkomunikasikan’ pesan mengenai keadaan masyarakat. Mungkin bahkan berteriak meminta perhatian. Ketika duduk di dalam mobil ber-AC dengan jendela tertutup rapat  atau mengemudikan motor dengan helm menutupi telinga, hal-hal kecil yang ada di sekitar mungkin tidak akan disadari dan terlewatkan bergitu saja.
Namun sebenarnya, lalu lintas sungguh sedang berbicara tentang realita kehidupan yang sedang berlangsung. Tidak hanya kehidupan di jalan atau di satu perempatan saja, tetapi juga tentang kehidupan manusia secara umum. Jalan merupakan tempat dimana masyarakat yang tidak saling kenal saling bertemu dan secara tidak langsung menjadi harus ‘berinteraksi’ sebagai sesama pengguna jalan. Dengan demikian interaksi yang terjadi disini merupakan interaksi yang spontan. Para pengguna jalan tidak pernah merencanakan untuk memakai jalan A dan nantinya bertemu orang X di jalan itu. Karenanya, lalu lintas dalam hal ini dikatakan sebagai cerminan dari cara masyarakat berinteraksi secara natural dalam kehidupan sosialnya.
Pengendara yang kurang peka terhadap kepentingan sesama pengguna jalan, jalan raya yang penuh dengan kendaraan sehingga pengemis dan loper koran terhambat untuk mencari nafkah, dan petugas keamanan yang diam saja ketika etika tidak dipatuhi. Itu semua dikomunikasikan oleh keadaan lalu lintas, dan itu semua adalah cerminan sederhana dari apa yang sedang terjadi saat ini. Masyarakat yang memakan hak sesamanya, kompetisi ekonomi yang semakin berat dan menjadikan rakyat kecil semakin terdesak, dan hukum yang tampaknya masih lemah di dalam kesadaran masyarakat.
Itulah keadaan yang masih terjadi dalam masyarakat. Orientasi terhadap perubahan harus didukung oleh kemauan untuk bertindak menuju pada arah perbaikan. Perbaikan tidak hanya harus dilakukan pada hal-hal secara makro saja, namun justru harus dimulai dari hal-hal terkecil yang ada di sekitar masyarakat. Salah satunya, tata-cara dan sopan-santun berlalu lintas, sebagai bentuk sikap peduli dan respect terhadap kepentingan bersama dalam tatanan kehidupan. #bridgingcourse08

             

Sabtu, 06 Oktober 2012

BALIHO, POLUSI PANDANGAN


Baliho Bodong, Polusi Pandangan
Pencemaran kini  sedang menjadi trending topic masyarakat. Pencemaran udara, air, tanah, dan suara menjadi sorotan publik ketika dampak riilnya terhadap kehidupan mulai terlihat  dan dirasakan oleh masyarakat. Ternyata, dampak buruk dari pencemaran dapat berakibat fatal bagi kehidupan. Banyak orang yang tersadarkan akan buruknya kondisi lingkungan saat ini. Banyak ormas dan kelompok-kelompok peduli lingkungan yang tergerak untuk menanggulangi permasalahan lingkungan yang sedang terjadi. Kesadaran akan kebutuhan untuk menjaga kualitas dan kestabilan lingkungan pada taraf yang tidak membahayakan tampak mulai mengubah paradigma masyarakat. Sekian anggota masyarakat yang tadinya pasif kini turut berperan aktif dalam kegiatan menjaga lingkungan agar tetap sehat dan nyaman.
Setiap bentuk pencemaran memiliki standar kualitas masing-masing yang menentukan ada atau tidaknya pencemaran. Udara dikatakan tercemar ketika udara mengandung substansi fisik, kimia, atau biologis  yang dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup. Air dikatakan tercemar apabila terganggu oleh  kontaminan antropogenik, tidak bisa mendukung kehidupan manusia, dan mengalami pergeseran kemampuan mendukung komunitas penyusun biotik. Tanah dikategorikan tercemar apabila bahan-bahan kimia dan zat berbahaya lainnya masuk ke dalam tanah dan mengubah lingkungan alami tanah. Sedangkan polusi suara terjadi apabila sebuah suara menyebabkan ketiaktenteraman pada kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.
Dalam uraian di atas telah dijelaskan secara singkat mengenai berbagai bentuk polusi. Namun, apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan polusi? Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa polusi merupakan sebuah keadaan dimana bahan, zat, dan/atau benda asing masuk ke dalam suatu tatanan alam dan bersifat mengubah atau bahkan merusak tatanan alam tersebut, sehingga mengganggu kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Sebelumnya telah disebutkan empat kategori pencemaran lingkungan. Namun, essay ini tidak akan membahas satu dari empat kategori tersebut, melainkan akan mengangkat sebuah topik mengenai satu bentuk pencemaran lain yang secara formal belum ‘disahkan’ sebagai pencemar tetapi pada kenyataannya cukup mengganggu kehidupan masyarakat.
Baliho, siapa yang tidak mengenal papan raksasa ini? Keberadaannya begitu banyak tersebar di kota. Ada yang terpasang di sepanjang jalan, juga di berbagai persimpangan strategis. Papan raksasa ini semakin terkenal ketika malam hari. Dengan berisikan lampu neon, baliho mengisi jalanan dengan sinar dari berbagai warna. Banyak yang mengatakan bahwa disitulah letak keindahan kota di malam hari. Namun, ketika papan berwarna-warni tersebut satu demi satu ‘berbicara’ dan saling bersaingan menyampaikan pesan kepada masyarakat, masih indahkah keberadaannya?
Topik mengenai baliho inilah yang akan dibahas dalam essay ini. Mengapa papan ini dikatakan sebagai pencemar? Secara langsung baliho sebenarnya tidak berpengaruh terhadap lingkungan hidup, akan tetapi keberadaannya yang sangat banyak dirasa mulai mengganggu dan mengotori pemandangan kota. Disamping itu, bentuk-bentuk polusi lain memiliki kadarnya masing-masing untuk menentukan ambang pencemarannya. Pada halnya pandangan, apakah terdapat kadar yang demikian juga? Padahal perhatikanlah, mulai dari keluar rumah, berkendaraan di jalan, hingga akhirnya memasuki belokan terakhir sebelum mencapai tujuan, berapa baliho dan papan iklan yang telah dilewati selama perjalanan?
Perjalanan menuju suatu lokasi di kota besar sudah terasa sangat melelahkan. Lalu lintas yang  padat dan tingkat kemacetan yang tinggi membuat senap dijalan. ditambah Pemandangan alam yang dapat dinikmati sebagai penyegar fikiran pun sangat terbatas. Akan terasa semakin menyebalkan ketika pemandangan yang sudah sesak itu masih diisi lagi dengan papan-papan baliho yang begitu banyak di sepanjang jalan. Langit yang telah dipenuhi oleh kabel listrik kini semakin tertutupi oleh papan baliho yang menjulang dan sangat luas. Tidak ada pemandangan di kota yang melegakan dalam jarak 10 meter. Papan baliho saling bersaingan untuk ‘memperlihatkan diri’ kepada para pengemudi di jalanan. Akibatnya, kebebasan untuk melihat alam semakin berkurang. Baliho dan papan reklame seakan memaksa siapapun yang melintasinya untuk melihat, membaca, atau setidaknya. 
Saat ini papan-papan raksasa tersebut semakin banyak jumlahnya namun semakin tidak tersusun polanya. Padahal, baliho yang tersebar di ruang publik seharusnya memperhatikan kebutuhan masyarakat akan estetika kota. Hal ini menjadi masalah tata kota yang harus ditangani baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Tentunya, solusi yang harus dibuat memperhatikan berbagai aspek kehidupan masyarakat, bukan sekedar mendahulukan kepentingan dagang pihak-pihak tertentu. Oleh karenanya, seharusnya ada kebijakan yang membela hak masyarakat akan pandangan kota yang sehat. Setiap sudut kota tidak mesti dikomersialkan, meskipun letaknya strategis untuk berbisinis.
Perlu diingat bahwa keberadaan papan reklame tidak selalu menguntungkan bagi masyarakat, melainkan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Bahkan rakyat justru semakin menjadi objek konsumerisme dengan adanya advertensi yang seolah-olah memaksa untuk dilihat di sepanjang jalan kota. Rakyat berhak akan kota yang nyaman dan asri. Seharusnya letak baliho dan papan reklame ditentukan dan dipusatkan di tempat-tempat strategis yang tertentu saja, sehingga keindahan kota lainnya masih dapat dinikmati. Sehingga akyat tidak merasa selalu menjadi objek konsumerisme. #bridgingcourse07
Referensi: