Twitter, sebuah layanan sosial media yang
sejak Maret 2006 mengguncang masyarakat. Popularitas layanan sosial media ini
kian memuncak dengan penggunanya yang telah mencapai ribuan bahkan ratusan ribu.
Berbeda dengan facebook yang dilengkapi oleh berbagai macam fitur, Evan
Williams menciptakan Twitter dengan sangat sederhana. Evan memang sengaja tidak
melengkapi lamannya dengan fitur photo sharing, chatting, pesan teks, video,
dan sebagainya.
Dibalik kesederhanaannya, Twitter mempersilahkan
para ekshibisionis, para pengobral kata-kata, kaum ekspresionis untuk
memanfaatkan layanannya. Bahkan para selebritas, pebisnis, politisi, dan siapa
saja dapat dengan mudah meng-update
kegiatan terbaru mereka. Keuntungannya, pengguna selalu terkoneksi dengan
pengguna lain setiap saat, tidak hanya bagi pengguna computer, tetapi juga
pengguna ponsel (telepon seluler).[1]
Meskipun kehadiran Twitter membawa
kemudahan, sambutan masyarakat terhadap layanan sosial media ini ternyata
berbeda-beda. Tidak semua orang melihat Twitter sebagai hal baru yang positif
dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagian masyarakat bahkan merasa bahwa jejaring
sosial cenderung berdampak negatif.
Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah
dampak negatif Twitter terhadap dunia remaja, khususnya pelajar dan mahasiswa. Anak
muda terlihat semakin tinggi ketergantunganya terhadap media dan jejaring
sosial. Ketergantungan ini kemudian dikaitkan dengan degradasi nilai-nilai
etika, sopan-santun, dan moral yang terjadi di kalangan anak muda, serta
meningkatnya individualitas dan ketidakpekaan anak muda terhadap lingkungan
sosial.
“Face to face communication among
children and teenagers is being squashed out by social networks. A phone call
isn’t used to get in touch with someone anymore, Facebook and Twitter are the
main tools of communication. The consequences of this are social awkwardness
and even social anxiety when confronted with new people to meet in person.”[2]
Komunikasi melalui tatap muka menjadi
berkurang dengan adanya jejaring sosial. Darisinilah terbentuk pemikiran bahwa
jejaring sosial dapat mengancam moralitas dan kepekaan sosial anak muda.
Meskipun demikian, perlu diingat
bahwa fenomena meningkatnya ketidakpekaan anak muda terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan tidak dapat dikaitkan hanya oleh perkembangan sosial media
saja. Banyak faktor lain yang lebih berpengaruh dan berkaitan langsung dengan
fenomena ini. Sebaliknya, interaksi yang
terjadi antara anak muda dengan dunia sosial media pun tidak selalu negatif.
Apabila melihat hubungan antara keduanya
melalui sudut pandang yang berbeda, dapat dikatakan bahwa posisi sosial media sebenarnya
justru berdekatan dengan dunia pendidikan. Pendidikan merupakan wadah untuk
memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan. Pada titik inilah media besinggungan
dengan dunia pendidikan, yaitu sebagai media/saluran yang mendukung dan
menjamin kelancaran arus informasi dan ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan hal di atas, ada banyak
keuntungan yang sebenarnya dapat diperoleh dari akun Twitter. Dengan fasilitas
yang ada, para pengguna dapat menyebarkan pengumuman, mengakses berita-berita
terkini, mencari link atau channel, melakukan pengembangan bisnis, melakukan
kampanye politik, dan bahkan mengakses berita dan informasi trans nasional. Tidak
kalah fungsinya bagi pendidikan, melalui akun Twitter pelajar atau mahasiswa
dapat berbagi informasi, ilmu pengetahuan, melakukan pembagian tugas,
mengumumkan suatu penugasan, berbagi url. website yang bermanfaat, dan
lain-lain.
Contoh nyata dari pemanfaatan Twitter
bagi dunia pendidikan adalah guru-guru sekolah dasar di Perancis yang
memanfaatkan Twitter dalam proses belajar-mengajar. Mereka memanfaatkan Twitter
untuk mengembangkan dan mengasah kemampuan anak dalam membaca, menulis dan
berbicara.
“Every morning, one
or two pupils are in charge of posting the first tweet of the day. However,
before posting it, he or she needs to write the sentence in his or her exercise
book, get it corrected, type it on a shared digital document and copy and paste
it in the software managing Twitter. The short message then appears on the
smartboard on the classroom wall, along with messages from followers of the
class. When a new tweet addressed to them appears, the whole class can get
over-excited.” [3]
Dalam pelaksanaannya,
murid-murid juga diberi pemahaman agar berhati-hati ketika menggunakan Twitter.
Setiap kelas bahkan menciptakan kode etik sendiri untuk kegiatan ini. Murid
harus bersikap baik dan sopan ketika ‘bergulir’ di dunia maya dan tidak diperkenankan
untuk membagi alamat rumah, password, atau informasi lain yang berkaitan dengan
kehidupan pribadi.
Contoh di atas merupakan
bukti bahwa jejaring sosial Twitter sebenarnya juga bermanfaat di dalam dunia
pendidikan. Twitter dan juga jejaring sosial lainnya sebenarnya dapat
disejajarkan manfaatnya dengan perkembangan dunia pendidikan. Misalnya, jejaring
sosial dapat membantu mendekatkan peserta didik pada wawasan ilmu pengetahuan
yang luas dan mendunia.
Disamping itu masih banyak
fungsi dan manfaat lain yang dapat diperoleh namun belum digali secara
maksimal. Untuk menghindari dampak negatifnya, yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan fungsi jejaring sosial untuk
memperoleh manfaat bagi kebutuhan pendidikan. Selain itu, perlu dilakukan
sosialisasi dan pendidikan mengenai jejaring sosial itu sendiri kepada peserta
didik, agar penggunaan jejaring sosial dapat diarahkan sesuai dengan fungsinya. #bridgingcourse09
[1] Tony Hendroyono, Powering Your Micro Blogs, PT Mizan Publika, Jakarta Selatan, 2010, Hlm. 4.
[2] Andrea Earnest, “Negative Effects of Social Networks”, https://sites.google.com/site/socialnetworkpaper/the-negative-effects-of-social-networks, 2011.
[3] Le Monde. “French Teachers Use Twitter to Teach Elementary School Students to Write”. www.worldccrunch.com. http://worldcrunch.com/french-teachers-use-twitter-teach-elementary-school-students-write/culture-society/french-teachers-use-twitter-to-teach-elementary-school-students-to-write/c3s3713/#.UHf7jW9th2E. 2011-09-07.
Daftar
Pustaka
· Bungin, Burhan. Prof.,Dr.. 2006.
Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.
· Dunn, Jeff. 2012. 100 Ways to use Twitter in Education, by
Degree of Difficulty. http://edudemic.com/2012/04/100-ways-to-use-twitter-in-education-by-degree-of-difficulty/. 12 Oktober 2012.
· Earnest, Andrea. 2011. The Negative Effects of Social Networks. https://sites.google.com/site/socialnetworkpaper/the-negative-effects-of-social-networks. 14 Oktober 2012.
· · Hendroyono, Tony, 2010, Powering
Your Micro Blogs, Jakarta : Hikmah.
· Le Monde. 2011. French
Teachers Use Twitter to Teach Elementary School Students to Write. http://worldcrunch.com/french-teachers-use-twitter-teach-elementary-school-students-write/culture-society/french-teachers-use-twitter-to-teach-elementary-school-students-to-write/c3s3713/#.UHf7jW9th2E. 12 Oktober 2012.
· Karya Ilmiah Remaja Seminari
Garum. 2012. Dampak Modernitas bagi Moral
dan Sosial Indonesia. http://kir-segar.blogspot.com/2012/01/dampak-modernitas-bagi-moral-dan-sosial.html. 14 Oktober 2012.
·
· Listiyono, Eko.
2012. Pengaruh Jejaring Sosial bagi Dunia
Remaja. http://bencerdas.web.id/2012/03/16/pengaruh-jejaring-sosial-bagi-dunia-remaja/.
12 Oktober 2012
·
· Miller, Samantha. 2012. 50
Ways to Use Twitter in the Classroom. http://www.teachhub.com/50- ways-use-twitter-classroom. 13
Oktober 2012.